Latest News

Pengaruh Nama Anak Saat Dewasa


Netsains.Com - Mencari nama untuk anak memang tak bisa asal. Orang tua yang bijak akan mencarikan nama yang terbaik dan punya makna, sebab kenal nama itu akan dibawa hingga seumur hidupnya. Bahkan menurut studi, nama anak akan berimbas pada berkembangannya sampai dewasa.
“Inilah alasan kenapa buku kumpulan nama jadi laku keras,” ujar David Figlio , ilmuwan dari Northwestern University in Illinois. Menurutnya, nama seorang anak adalah identitas utamanya, dan akan memengaruhi bagaimana orang lain menikai kepribadiannya, sekaligus juga si anak itu sendiri menilai irinya.
Banyak studi penelitian dilakukan untuk mengetahui bahwa pemilihan nama anak akan berpengaruh besar pada kehidupannya sampai dewasa. Misalnya, jika anak lelaki dinamai dengan nama yang mirip anak perempuan, maka akan memicu problem perilaku pada kehidupannya kelak. Nama yang unik juga dapat berpotensi membuat anak menemui kesulitan.
Pada studi di Inggris yang dilakukan pada 3000 orang tua di bulan Mei lalu, ditemukan bahwa satu dari lima orang tua merasa menyesal memberi nama anak mereka, sebab si anak merasa stres diakibatkan nama yang aneh dan sulit dieja. Anak lelaki yang diberi nama mirip nama perempuan juga mengalami gangguan perilaku dibanding yang tidak. Misalnya saja anak lelaki yang dinamai Ashley atau Shannon, punya perilaku berbeda dengan anak lelaki yang bernama Brian, Brandon, dan nama lelaki lain.
Menurut Figlio, di sekolah mereka cenderung bermasalah. Ini tidak aneh, sebab memang rasanya janggal jika seseorang harus menerima fakta bahwa dia dipanggil dengan nama yang mirip anak perempuan, padahal dia lelaki. Belum lagi ejekan dari teman-temannya sendiri, atau salah sangka dari orang lain.
Anak perempuan yang diberi nama mirip anak lelaki juga mengalami pengaruh serupa. Tahun 2005, Figlio melakukan studi mengenai sejauh mana nama bisa diidentikkan dengan jenis kelamin seseorang. Nama seperti Kayla dan Isabella, cenderung dianggap sebagai nama perempuan. Sedangkan nama seperti Taylor, Madison dan Alexis, masih kerap mengundang perkiraan bahwa itu adalah nama lelaki, walau ada anak perempuan yang dinamai demikian.

“Anak perempuan yang memiliki seperti lelaki kami termui memang menjadi tertarik pada bidang yang biasa disukai lelaki, seperti sains dan matematika. Sedangkan anak perempuan dengan nama feminim cenderung tertarik pada bidang kemanusiaan dan penampilan mereka lebih feminim,” jelas Figlio.
Sebagai contoh, nama Morgan terdengar lebih kelelakian daripada Elizabeth. Apakah memang orang tua mereka sengaja memberi kesan demikian agar perilaku Elizabeth lebih feminim dari Morgan? Itu masih menjadi pertanyaan yang belum terjawab.
Selain masalah nama yang feminim atau maskulin, Figlio juga mempelajari kaitan nama depan dengan karakter dan latar belakang, bahkan kondisi sosial ekonomi. Ia mempelajari jutaan nama dari surat akta kelahiran, dan mengkategorikan nama-nama tersebut mennjadi lebih dari 1000 komponen fonemik. Ia menganalisanya dari kombinasi huruf, komplektistas, dan faktor lain, kemudian menggunakan analisa statistik untuk mengenali kemungkinan bahwa ada hubungan antara nama dengan status sosial ekonomi seseorang.
“Anak-anak yang diberi nama dari perspektif linguistik, cenderung berasal dari orang tua yang berpendidikan rendah,” ujar Figlio. “Anak-anak ini juga cenderung diperlakukan berbeda, menempati kelas khusus, dan berkemampuan rendah.” Dari kalangan ini juga cenderung menghasilkan nama-nama yang terkesan memberi ketangguhan pada anaknya. Cara ini tak lain merupakan semacam motivasi atau pengemangat bagi si anak agar kelak mereka menjadi orang yang tangguh.
Pengalaman orang tua di masa lalu juga berpengaruh pada pemberian nama anak-anaknya. Jika seseorang punya pengalaman buruk dengan orang bernama tertentu, maka dia tidak akan memberi nama anaknya dengan nama yang sama dengan orang itu.
Pada dasarnya ada dua jenis orang tua dalam pemberian nama anak, yaitu orang tua yang ingin memberi nama anak dengan nama yang tidak biasa atau antik, dan orang tua yang memberi nama anaknya nama biasa saja. Keduanya sama-sama tidak terlalu berimbas pada keberhasilan hidup si anak kelak.

Hanya saja nama yang aneh atau diangap tidak biasa di kalangan masyarakat, akan membuat si anak mengalami kesulitan “ekstra” dibandingkan anak dengan nama yang terkesan normal. Semua akan tergantung pada anak itu sendiri, juga pola asuh orang tua saat membesarkannya. Riset terkini menyatakan bahwa orang tua di masa kini cenderung suka memberi nama anaknya nama-nama yang unik dibandingkan nama anak-anak satu dasawarsa silam.
Diterjemahkan secara bebas dari LiveScience


Tags: ,

Yosep El Ba'tsi

Praktisi IT, tertarik pada sejarah dan xenology, pengamat politik, dan aktif mendalami kitab-kitab samawi.
Related Post

0 komentar

Leave a Reply